"pergi aku kini benar-benar ingin mengusir mu dari
kehidupanku!". kali ini aku berucap lagi dan itu juga untuk terakhir
kalinya kalo memungkinkan aku mengucapkan itu bukan buat kamu, tapi itu
kutujukan buat hatiku. hati yang terpenjara, hati yang didalamnya terdapat
suatu hal yang abstrak yang kata orang sering disebut perasaan, dan perasaan
itu kini makin terjebak dalam rangkaian labirinku yang rumit.
"aku tak bisa pergi" ada suara rintihan yang menjawab
usiranku, aku mencari-cari suara itu, darimana suara itu? apakah asalnya dari
rumah tetangga, tapi sepertinya bukan karena aku tak punya tetangga.
kucari-cari asal suara itu, kutelisik semua yang ada disekitar, ku babad semua
benda yang ada di khayalanku hanya untuk menemukan suara itu.
"dimana kau suara? keluar kamu, tunjukan wujudmu, atau kamu
akan kuusir layaknya nasib bawang putih yang diusir oleh bawang bombay!!!"
aku berteriak kencang dangan penuh amarah dan kebingungan, aku begitu supaya
sang suara yang tadi terdengar mengiang ditelinga menampakan wujudnya, walaupun
aku sendiri tak tahu apakah dia berwujud atau tidak. yang penting aku sudah
usaha.
telingaku kembali merasakan ada getaran suara
"ngeeeengeeeengeeeengggg" apakah itu?, aku terperanjat karna suaranya
begitu aneh, aku cari mencari kembali dimana asal suara itu, aku terperanjat
ternyata suara itu adalah suara dari sebuah truk yang ada di otakku. "Truk
sialan" aku menghardik pada otakku sendiri kenapa bisa muncul suara truk
yang aneh.
"aku disini, dan aku tak mau pergi, karna aku sulit untuk
pergi" aku mendengar suara itu lagi dan itu suara yang kucari-cari, bukan
suara truck lagi, bukan suara kereta, bukan suara helikopter, bukan suara
gajah, benar-benar suara itu adalah suara yang kucari.
"ku tak mau pergi" suara itu muncul lagi dan kurasakan
bahwa aku semakin mendekati suara itu. semakin dekat kurasakan nafas dari suara
itu. nafas terengah-engah nafas penuh emosi ketidak inginan untuk bertindak.
aku menemukan suara itu, akhirnya. aku pegang asal dari suara itu. ternyata
benar suara itu bukan suara kamu, asal suara itu adalah hatiku, hatiku yang
tidak menyerupai hati, hatiku yang tidak merah muda warnanya, hatiku yang
berantakan karna terlalu banyak menyimpan perasaan, hatiku adalah gudang
hasratku yang terpendam. dan benar-benar suara itu berasal dari hatiku.
"heh kau yang bersuara, kamu tak usah bersuara. pergi sana
jauh-jauh dari hatiku ini. pulanglah! ketempat asal kamu berasal!"
"aku sudah lelah dengan keberadaanmu disana, pergi sebelum kau rusak
sendiri dirimu" aku membentakan suaraku ke suara yang ada di hatiku, aku
menepuk-nepuk dadaku, agar suara yang ada dihatiku merasa kesakitan, dan bila
dia merasakan sakit mudah-mudahan dia keluar dan pergi dari hatiku.
" aku tak bisa pergi dari sini. aku sendiri ingin keluar dari
sini, tapi aku terjebak dengan dirimu sendiri", "kau inginkan aku
pergi, tapi kau sendiri tak pernah melepaskan aku" "akupun terjerat
dengan penantianmu, dengan hasrat perasaanmu yang terus terpendam"
"kau pengecut, pecundang..kau hanya bisa mengutuk dirimu sendiri tanpa
pernah memikirkan aku yang kini terpenjara, terpenjara dalam sampah batinmu"
"aku akan pergi, tapi kumohon kau yang hanya bisa mengeluarkan aku,
relakanlah aku, lepaskanlah aku,aku tak mau karatan disini, aku tak mau menjadi
kotoran hatimu disini".
aku kaget, seperti mendengar petir memecahkan balon warna hijau. aku
bingung, bingung suara yang berasal dari hatiku berbicara seperti itu. aku
aneh, aneh dengan semua yang menimpa alam hatiku. aku marah, marah karna suara
hatiku berbicara dengan nada berontak dan penuh kesombongan. aku sakit, sakit
karna aku sadar, bahwa sadar semua yang dikatakan suara yang berasal dalam
hatiku itu benar, sadar bahwa dia yang benar dan aku yang memaksakan, sadar
bahwa aku yang semakin sadar bahwa aku yang tak pernah sadar, sadar bahwa
perasaan yang ada ingin meninggalkanku, sementara aku yang menahannya. dari
semua kesadaran itu aku sakit. aku sakit dan sepertinya aku akan disuntik
kebencian, aku akan diopname oleh semua perenungan, aku koma dalam kegetiran.
selesai koma aku mengambil pisau bedah yang ada di meja operasi, aku
merobek baju pasienku, aku robek kulit dadaku, aku tusukan lebih dalam lagi,
aku buang itu pisau, aku masukan tanganku kedalam dadaku, tanganku kubiarkan
mencari-cari sesuatu yang memang sedang dicari tanganku. tanganku menemukan
sesuatu itu, hangat, berdenyut. kemudian ku kukeluarkan dari dalam dadaku,
kulihat sesuatu itu, ternyata itu hatiku.................. MATI aku
jangan lupa kunjungi pula dia jalang karena dia lajang
jangan lupa kunjungi pula dia jalang karena dia lajang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar